Skip to content
Terbaru:
  • Coldplay: Inspirasi Sufisme Melahirkan Lagu-lagu “Kemanusiaan”
  • Kajian Kitab Aqidatul Awwam : Bait Pertama
  • Kajian kitab Aqidatul Awam : Sejarah kitab Aqidatul Awam
  • Penyandang Disabilitas dalam Dunia Perawi Hadis
  • Komunitas Berprestasi : Berprestasi Sambil Ngaji
KMNU IPB

KMNU IPB

Pusat Kajian Aswaja IPB

  • Home
  • KAJIAN
  • Acara KMNU
  • Pengabdian
  • Pertanian
  • Opini
  • Buletin
    • Nahdlatul Qolam ed. 64
    • Nahdlatul Qolam Ed. 65
  • Tentang Kami
    • Sejarah KMNU IPB
    • Visi-Misi KMNU IPB
    • Rincian Tugas Pengurus
    • Makna Logo KMNU IPB
    • Artikel
    • Pengurus
      • PENGURUS 2017-2018 KABINET AR-ROUDHOH
      • 2011-2013
      • 2013-2014
      • 2014-2015
      • Pengurus 2015 Kabinet Asy’ariyah
      • Pengurus 2015-2016 Kabinet Syafi’iyyah
      • Pengurus 2016-2017 Kabinet Al-Ghozaliyyah
      • PENGURUS 2018-2019 Kabinet Darussalam
Cerita dan Sastra Opini 

Coldplay: Inspirasi Sufisme Melahirkan Lagu-lagu “Kemanusiaan”

Desember 10, 2019Desember 10, 2019 admin 0 Komentar

بنی‌آدم اعضای یکدیگرند که در آفرينش ز یک گوهرند چو عضوى به‌درد آورَد روزگار دگر عضوها را نمانَد قرار تو

Baca Selengkapnya
Seperti dalam kitab-kitab yang lain, kiyai nadhim memulai mandhumah ini dengan basmalah. Tujuan dibalik ini yaitu ingin mendapat pertolongan dari Allah azza wa jalla yang sangat luas rahmatnya bagi setiap mahluknya tanpa batasan, dan sangat luas pemberian, dan kenikmatan Allah tanpa putus. Dalam kitab jalaul afham dijelaskan ada 3 alasan kiyai nadhim memulai mandhumah ini dengan basamalah :1). Mengikuti Al-quran berdasarkan urutannya bukan turunnya. Maksudnya Alquran diawali dengan lafad basmalah dalam surat fatihah.2). Mengamalkan hadist Nabi SAW :"كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لَايُبْدَأُ فِيْهِ بِبِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرًحِيْمِ, فَهُوَ أَقْطَعُ". (رواه الخطيب عن أبي هريرة رضي الله عنه مرفوعا).“Setiap perkata yang tidak diawali dengan bacaan bismillahirrohamirrohim, maka perkata itu lebih terputus” (HR. Khotib dari Abu Hurairah RA, dengan sanad marfu’). Maksud dari kata lebih terputus adalah kurang dan sediitnya kebaikan serta berkahnya.3). Mengikuti Nabi SAW, sesungguhnya Nabi SAW mengawali kitab dan risalah-risalahnya dengan basmalah, seperti yang telah dicontohkan dalam suratnya yang disampaikan untuk Raja Hercules (raja kerajaan Romawi) dan yang lainnya.Menurut imam as-Suyuthi seperti yang dicuplik oleh imam Nawawi al-bantani1 dalam kitab Nurudzdzolam, makna “Allah” yaitu dzat yang telah terdahulu adanya, yang agung dzat dan sifatnya, dan menyeluruh kedermawanannya.Selanjutnya imam Nawawi al-Bantani mencuplik perkataan Ahmad Showi, bahwa “Allah” adalah nama yang mengumpulkan, karena semua nama-nama itu termasuk kedalam Allah. “Ar-Rohman” yaitu dzat yang memberikan nikmat dengan segala nikmat, termasuk nikmat duniyawiyah (keduniaan) dan ukhrowiyah dhohiriyah wa bathiniyah (akhirat, baik lahir maupun batin). Sedangkan lafad “Ar-Rahim” yaitu dzat yang memberikan nikmat dengan selembut-lembutnya nikmat, termasuk nikmat duniyawiyah (keduniaan) dan ukhrowiyah dhohiriyah wa bathiniyah (akhirat, baik lahir maupun batin).  Adapun maksud selembut-lembutnya nikmat yaitu perkara yang menjadi furu’ (percabangan) dari perkara ushul (asal), berupa tambahnya iman, ilmu, ma’rifat, taufiq, kesehatan, pendengaran, dan penglihatan.Keterangan selanjutnya dalam kitab Nurudzdzolam, imam Nawawi mencuplik perkataan Ahmad Malawi, bahwa lafad “Ar-Rohman” itu lebih baligh (lebih sampai) dari pada lafad “Ar-Rohim”, karena tambahnya salah satu dari dua perkara yang sama mustaqnya (isim mustaq) dan macamnya menunjukkan tambahnya makna. Karena sesunggunya makna “Ar-Rohman” itu dzat pemberi yang hakiki yang sampai dalam puncaknya rahmat. Oleh sebeb itu tidak benar bahwasannya ada sesuatupun yang dapat memeberikan rahmat selain Allah Ta’ala.1 imam Nawawi al-Bantani adalah ulama Nusantara yang sangat alim ilmunya, sehingga beliau termasuk ulama yang terkenal di makkah al-mukarromah, karena imam Nawai tinggal di makkah dan mengajar di masjidil haram. Beliau termasuk penulis aktif yang mempunyai banyak karya, salah satunya adalah syarah kitab aqidatul awam yang diberi nama Nurudzdzolam.Kontributor: Hamzah Alfarisi
KAJIAN KMNU IPB Teks Sholawat 

Kajian Kitab Aqidatul Awwam : Bait Pertama

Desember 9, 2019Desember 8, 2019 muhammad 0 Komentar aqidatul awam, nadhom

Seperti dalam kitab-kitab yang lain, kiyai nadhim memulai mandhumah ini dengan basmalah. Tujuan dibalik ini yaitu ingin mendapat pertolongan dari

Baca Selengkapnya
Segala puji milik Allah yeng telah memberikan nikmat atas hambanya yang mukmin dengan cara memuliakannya berupa melihat-Nya di surga nanti. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada seorang hamba yang telah diutus untuk memberikan rahmat bagi seluruh manusia, seumpama tanpa beliau niscaya keadaan manusia lebih buruk daripada hewan,  atas keluarga nabi yang mulia, dan atas sahabat nabi yang menjadi lampu dalam kegelapan, serta para tabiin sampai hari dimana lisan terkunci dan semua anggota badan berbicara.Sebelum membahas kitab Aqidatul Awam, hendaknya sangat perlu diketahui latar belakang/sejarah ditulisnya kitab nadhom ini, yang telah dua abad lebih menjadi pedoman umat muslim sedunia. Suatu ketika nadhim kitab aqidatul awam yaitu Sayyid Ahmad Al-marzuqi Al-maliki bermimpi bertemu Rasulullah SAW dalam tidurnya di akhir malam jum’at pada awal bulan rajab hari ketujuh tahun 1258 H. Pada saat itu, sahabat nabi sedang berdiri disekitar nadhim. Terjadi percakapan singkat sebagai berikut :Nabi SAW  bersabda : “Bacalah nadhom tauhid yang mana bila seseorang menghafalnya, maka akan masuk surga dan akan hasil maksudnya dari setiap kebaikan yang sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.”Nadhim bertanya : “apakah nadhoman itu ya Rasulullah?”Sahabat menyahut dan berkata kepada nadhim: “Dengarlah! apa yang akan diucapkan oleh Rasulullah SAW”Rasulullah SAW berkata : “ katakanlah ! abda’u bismillahiwarrohmani...”Rasulullah SAW membacakan nadhom pertama yaitu “abdau bismillahiwarrohamnni” hingga akhir nadhom yang berbunyi “washuhuful kholili wal kalimi # fiha kalamul hakamil alimi”. Kemudian nadhim membacakan nadhom tersebut dihadapan Rasulullah dan para sahabat.  Rasulullah pun mendengarkannya. Setelah bangun dari tidurnya maka nadhim membaca nadhom yang telah diajarkan oleh Rasulullah di dalam mimpinya. Atas izin Allah, nadhim telah hafal nadhom tersebut dari awal hingga akhir.Suatu ketika di malam jum’at yaitu malam ke-18 bulan dzul qo’dah, nadhim bermimpi bertemu Rasulullah untuk yang kedua kalinya di waktu sahur. Terjadi perbincangan singkat,Rasullah berkata : “Bacalah! apa yang telah kamu dapatkan sebelumnya”Kemudian nadhim membacanya (dalam hal ini hafal) dari awal hingga akhir. Pada saat itu posisi nadhim dalam keadaan berdiri di depan Rasullah SAW. Sedangkan para sahabat berdiri diantaranya seraya berkata “Amiin” setelah dibacakan akhir setiap nadhom.Setelah selesai membacanya, Rasul berkata kepada nadhim: “Allah akan memberikan pertolongan kepadamu terhadap apa yang telah Allah ridhoi  dan semoga Allah menerimamu atas nadhom tersebut. Semoga Allah memberkahi atas kamu dan atas orang-orang mukmin. Semoga nadhoman  ini bermanfaat bagi hamba-hamba Allah”. Adapun bait selanjutnya yaitu dari bait “wakulluma ata bihirrasulu # fa haqquhuttaslimu wal qabulu” hingga akhir kitab, nadhim menambahkannya sendiri.Berikut sejarah ditulisnya nadhom aqidatul awam, penulis menyarankan kepada pembaca semuany untuk menghafal nadhom tersebut, insyaAllah akan mendapat manfaatnya seperti yang disabdakan Rasulullah dalam mimpi nadhim. Untuk pembahasan selanjutnya, setiap nadhom akan diberikan penjelasan dari Al-qur’an dan kitab-kitab tauhid lainnya, seperti syarah aqidatul awam, nurudholam karya Syekh Nawawi al-Bantani, kemudian Jalailul afham karya Sayyid Muhammad bin Alawi Al-maliki. Semoga penulis diberikan kekuatan oleh Allah sehingga mampu menulis hingga akhir bait kitab aqidatul awam.Wallu a’lam bishowaab.Catatan:Nadhim : Pengarang kitab aqidatul awam.Nadhom : Rangkaian kata dalam bahasa arab sehingga membentuk pola yang indah dan memiliki makna yang padat.Kontributor: Hamzah Alfarisi
KAJIAN Teks Sholawat 

Kajian kitab Aqidatul Awam : Sejarah kitab Aqidatul Awam

Desember 8, 2019Desember 8, 2019 muhammad 0 Komentar aqidatul awam, kajian

Segala puji milik Allah yeng telah memberikan nikmat atas hambanya yang mukmin dengan cara memuliakannya berupa melihat-Nya di surga nanti.

Baca Selengkapnya
Disabilitas yang disandang oleh seseorang tidak menghalangi orang tersebut untuk berkarya dan berprestasi. Sejatinya, ketidaksempurnaan merupakan sesuatu yang melekat pada setiap insan bahkan segala ciptaan. Ajaran Islam menekankan bahwa ketidaksempurnaan pada diri seseorang termasuk penyandang disabilitas seharusnya menjadi sarana untuk berdamai dengan kondisi dan tidak berputus asa terhadap rahmat Allah. Allah berfirman dalam Alquran surah al-Mulk: 1-2;“Mahasuci Dzat yang dalam genggamnya kerajaan. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Dialah yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji siapa di antara kalian yang paling baik amal perbuatannya. Dia Mahamulia lagi Maha Mengampuni.”   Sosok dengan disabilitas dikenal dan turut mewarnai perkembangan agama Islam contohnya dalam dunia periwayatan (rawi) hadis Nabi saw. Sebenarnya tidak ada pelarangan seorang difabel atau penyandang disabilitas menjadi perawi hadis profesional. Aspek yang terpenting adalah sejauh mana orang tersebut memenuhi kriteria menjadi perawi yang kredibel. Paling tidak ada lima kriteria utama:Ketaatan menjalankan agama (adl),Memiliki hafalan yang baik (dabth),Dapat dibuktikan pertemuan dengan gurunya (ittishal sanad),Tidak bertentangan dengan hadis lain (syaddz), danTidak ada cacat yang tersembunyi (illat).Meskipun seseorang memiliki keterbatasan fisik namun dapat memenuhi kriteria tersebut dan adapat diuji secara adil menggunakan standar-standar ilmu hadis orang tersebut dapat dikategorikan sebagai perawi yang andal dan periwayatannya dianggap sahih. Ibnu Hibban, seorang ulama hadis terkemuka dan kritikus professional perawi hadis, menyebutkan tidak kurang dari 14 orang perawi berkualitas penyandang disabilitas kebutaan di dalam kitabnya al-Tsiqat.Salah satu perawi  tersebut yaitu Abu Mu’awiyah yang bernama lengkap Muhammad bin Khazim al-Kufi. Abu Mu’awiyah dicatat pernah belajar kepada ulama-ulama besar seperti Hisyam bin Urwah, keponakan dari Aisyah, istri Nabi saw. Abu Mu’awiyah merupakan guru dari Ahmad bin Hanbal dan Yahya bin Ma’in, keduanya merupakan kritikus rawi terkemuka yang sampai sekarang pernyataan mereka selalu dikutip. Salah satu sosok ulama penyandang disabilitas kebutaan lain adalah Hafsh bin Umar Abu Umar al-Dharir. Ibnu Hibban mencatat bahwa Hafsh bin Umar selain seorang perawi hadis yang andal juga ahli dan mengusai ilmu waris (fara’id), astronomi (hisab), sastra (puisi), sejarah Arab kuno, dan ilmu fikih.Hal ini menunjukkan bahwa pada masa kedua tokoh besar itu terdapat kesempatan bagi siapapun untuk belajar dan berkembang serta adanya apresiasi terhadap karya orang lain tanpa melihat kekurangan fisik yang ada pada seseorang. Dengan lingkungan yang mendukung dapat menimbulkan motivasi yang kuat dari dalam diri penyandang disabilitas untuk berkarya sesuai dengan minat mereka. Dengan begitu, sosok dengan karya dan prestasi besar dapat muncul dari penyandang disabilitas. (HR)Sumber: Huda MK. 2015. Para Ahli Hadis Difabel. Pekalongan (ID): Menara Publisher.
Opini Renungan 

Penyandang Disabilitas dalam Dunia Perawi Hadis

Desember 7, 2019Desember 5, 2019 admin 0 Komentar disabilitas, Nahdlatul Ulama, penyandang disabilitas

Disabilitas yang disandang oleh seseorang tidak menghalangi orang tersebut untuk berkarya dan berprestasi. Sejatinya, ketidaksempurnaan merupakan sesuatu yang melekat pada

Baca Selengkapnya
Komunitas Berprestasi - Bagi sebagian mahasiswa, menulis atau membuat laporan praktikum menjadi hal yang tidak begitu menarik. Permasalahan ini bukan hanya karena topik yang membosankan, lebih jauh lagi karena waktu pengerjaannya yang tidak masuk akal (amat sangat mepet deadline). Akibatnya muncul permasalahan seperti ini, minat untuk terus mengembangkan inovasi menjadi menurun. Padahal hal ini jika dipelajari bersama – sama akan terasa lebih mudah dan cepat selesai.Di KMNU ini telah berjalan selama tujuh angkatan Komunitas Berprestasi “Kompres” yang digagas oleh Ikrom Mustofa KMNU 48. Beliau merupakan mahasiswa berprestasi nasional II dan santri berprestasi nasional pada masanya.Dengan di bawah naungan Divisi PSDM pada Kabinet An-Nahl, Kompres diarahkan tidak hanya untuk mahasiswa yang tertarik kepada bidang kepenulisan ataupun lomba ilmiah. Kompres diarah untuk pengembagan soft skill dari civitas KMNU, baik dibidang kepenulisan, debat, bahasa, maupun lain-lainnya. Kompres menjadi salah satu jalan untuk menemukan kepercayaan diri dan memantaskan diri demi hal-hal  yang idealnya dimipikan oleh mahasiswa, mislnya Duta IPB, Mapres, atau cabang yang lain dapat bergabung disini. Akan tetapi, semua itu butuh proses dan keistiqomahan untuk itu, pertemuan Kompres rutin dilaksanakan setiap hari Sabtu dengan kegiatan-kegiatan yang sudah tersusun dalam Kurikulum Kompres terbaru.Kompres memilik visi  yaitu “Membentuk Generasi KMNU yang Berprestasi, Disiplin, dan Berbudi Pekerti Luhur Melalui Pengembangan Softskill”. Terkait dengan tujuan besar selanjutnya. Tahun ini Kompres merencanakan untuk dapat memfasilitasi pembuatan pasport bagi setiap anggotanya. Hal ini ditujukan agar suatu saat anggotanya dapat mengikuti berbagai kegiatan tidak hanya di dalam tapi juga di luar negeri. Semoga dengan dibuatnya paspor ini, setidaknya seluruh anggota Kompres dapat merasakan pengalaman ke luar negeri (sesuai salah satu impian yang dituliskan di Masa Pengenalan Kuliah Mahasiswa Baru hehe )Dari seluruh tujuan besar yang telah direncanakan, sebenarnya terdapat satu hal besar yang ingin sekali dicapai, yaitu menjadikan  anggota Kompres sebagai generasi penerus yang memiliki semangat perjuangan para pendahulu NU dan KMNU. Suatu saat nanti, dengan apa yang sudah diperoleh selama menapkkan kaki di Kampus Inovasi terbaik bangsa ini, diharapkan mereka dapat bermanfata sesuai bidangnya masing-masing dan memberikan dampak bagi negara dan NU.Akhirnya, dengan penuh semangat dibawah arahan para Pembina, Ketua KMNU, dan Divisi PSDM, serta tak lupa teman – teman semua dari KMNU, semoga salah satu program kerja ini dapat berjalan lancar sesuai yang direncanakan. Aamiin..#AyooGabungKompresSekretariat KMNU IPB, 1 Desember 2019Pertemuan Terakhir Di Semester Ganjil (Minggu Ketiga)Kontributor : YofiEditor : Mila
Acara KMNU Kompres 

Komunitas Berprestasi : Berprestasi Sambil Ngaji

Desember 6, 2019Desember 5, 2019 admin 0 Komentar KMNU, KMNU IPB, kompres

Komunitas Berprestasi – Bagi sebagian mahasiswa, menulis atau membuat laporan praktikum menjadi hal yang tidak begitu menarik. Permasalahan ini bukan

Baca Selengkapnya
Pengertian Hukum Wakaf - Ditinjau dari segi bahasa waqaf berarti menanam, sedangkan secara syara’ waqaf merupakan menahan harta untuk dialih milikkan, yaitu dengan cara memindah hak tasharruf (penggunaan) dari pewaqaf (waqif) ke penerima waqaf (mauquf alaih) dengan tujuan mendekat diri kepada Allah Ta’ala. Waqaf hukumnya boleh dan memiliki tiga syaratPertama, harta yang diwaqafkan (mauquf) harus berupa barang yang dapat dimanfaatkan dan keadaannnya tetap (utuh, tahan lama). Oleh karena itu, waqif tidak boleh mewaqafkan uang atau makanan yang hanya sekali pemanfaatannya. Dari segi pemanfaatanya, mauquf dimanfaatkan dengan tujuan sesuai syara’j, bukan alat-alat untuk permainan ataupun perhiasan. Mauquf tidak disyaratkan memiliki kemanfaatan yang ada pada saat itu (aktual). Sehingga hukumnya sah mewaqafkan budak dan keledai yang masih kecil untuk diambil manfaatnya di kemudian hari.Kedua, Waqaf harus diberikan pada asal (mauquf alaih pertama) yang sudah wujud, dan far’ (mauquf alaih selanjutnya) yang tidak terputus (akan selalu ada).Sebagai contoh, waqif tidak boleh mewaqafkan barang kepada anaknya kemudian diwaqafkan kepada orang-orang miskin, sedangkan dia tidak memiliki anak. Contoh ini dinamakan dengan munqati’ al awwal (mauquf alaih yang pertamanya terputus).Berkaitan dengan contoh sebelumnya, jika wakif tidak menyebutkan kata “kemudian setelahnya diberikan pada fuqara’”, maka contoh ini adalah mungqathi’ awwal wal akhir (maukuf pertama dan akhir terputus).Ketiga, waqaf tidak dilakukan pada sesuatu yang diharamkan.Sesungguhnya waqaf tidak disyaratkan harus nampak jelas tujuan ibadahnya, bahkan yang penting tidak mengandung unsur maksiatnya, baik nampak jelas tujuan ibadahnya seperti waqaf kepada kaum fuqara’, atau tidak nampak jelas seperti waqaf kepada orang-orang kaya.Di dalam waqaf disyaratkan pula untuk tidak dibatasi dengan waktu. Misalnya, “aku waqafkan barang ini selama setahun.”, maka waqaf seperti ini tidak sah. Waqaf (penggunaannya) disesuaikan dengan apa yang disyaratkan oleh waqif pada barang tersebut. Misalnya, mendahulukan sebagian dari orang-orang yang mendapatkan waqaf seperti, “aku waqafkan pada anak-anakku yang paling wira’i.”, atau mengakhirkan sebagiannya, seperti “aku waqafkan kepada anak-anakku. Kemudian ketika mereka sudah tidak ada, maka kepada anak-anak mereka.”, atau menyamakan diantara seluruh mauquf alaih, seperti, “aku wakafkan kepada anak-anakku sama rata antara yang laki-laki dan yang perempuan.”, atau mengunggulkan sebagian anak-anaknya di atas sebagian yang lain seperti, “aku waqafkan kepada anak-anakku, yang laki-laki mendapatkan bagian dua kali lipat dari bagian yang perempuan.”Kajian Fiqih (Kitab Fathul Qorib)Oleh: Ustadz Hamzah AlfarisiJumat, 22 November 2019Editor : Mil
KAJIAN Kajian Fiqih Uncategorized 

Fathul Qorib : Hukum Wakaf dan Pengertiannya

Desember 3, 2019November 30, 2019 Kominfo 0 Komentar Fathul Qorib, Fiqih, Wakaf

Pengertian Hukum Wakaf – Ditinjau dari segi bahasa waqaf berarti menanam, sedangkan secara syara’ waqaf merupakan menahan harta untuk dialih

Baca Selengkapnya
Fathul Qorib : Fasal, Hal-hal yang membatalkan SholatHal-hal yang membatalkan Sholat ada 11 ( Fathul qorib ),yaitu:Berbicara dengan sengaja, yaitu ucapan-ucapan yang disengaja dan difahami orang lain . Berbicara selain membaca ayat Al-Qur’an walaupun hanya mengatakan " قِ" yang berarti jagalah, maka itu akan membatalkan sholat.Bergerak yang berlebihan, hitungan berlebihan adalah lebih dari tiga gerakan atau satu gerakan tetapi frontal, misalnya loncat. Meskipun hanya satu gerakan, tetapi itu tidak dihitung satu gerakan karena gerakannya terlalu frontal. Yang tidak dihitung sebagai gerakan yaitu gerakan-gerakan kecil seperti gerakan jari, gerakan bibir, gerakan kelopak mata.Hadats, baik hadats kecil maupun hadats besar.Terkena najis, contohnya kotoran cicak.Terbukanya aurat, kalau terbukanya hanya sebentar kemudian ditutup itu tidak membatalkan sholat.Berubahnya niat, contohnya ketika imam salah, kemudian makmum mengucapkan tasbih ( bagi laki-laki) tetapi hanya berniat mengingatkan imam bukan diniati dzikir, maka dia sholatnya batal.Berpaling dari kiblat, Imam Syafi’i menggunakan acuan dada, ketika dada berpaling dari kiblat maka sholatnya batal.Tertawa terbahak-bahak sampai badannya ikut bergerak-gerak.Makan, contohnya ketika sebelum sholat seseorang makan terlebih dahulu. ketika sholat, terdapat sisa makanan yang tertinggal di gigi , kemudian sisa itu ditelan, maka sholatnya batal.MinumMurtadFasal,Dalam sholat fardhu itu ada 17 rokaat, 34 sujud, 94 takbir, 9 tasyahud, 10 salam, 153 tasbih, dan jumlah rukun sholat fardhu ada 126. Orang yang tidak kuat untuk berdiri, maka diperbolehkan sholat dengan duduk, yang paling afdhal adalah duduk seperti duduk iftirasy. Jika tidak kuat duduk maka sholat dengan tidur miring, lambung kanan berada di sebelah bawah dan miring menghadap kiblat, jika tidak mampu maka menggunakan isyarat.Fasal, perkara yang ditinggalkan ketika sholat.Jika perkara wajib yang ditinggal atau rukun sholat, maka harus ditambah dan disempurnakan sesuai dengan rukun yang ditingggalkan dan ditambah dengan sujud sahwi.Jika yang ditinggalkan adalah sunnah, maka tidak perlu menambah tetapi tetap melakukan sujud sahwi.Jika yang di tinggalkan bukan wajib dan sunnah maka tidak perlu menambah dan tidak perlu sujud sahwi.Rangkuman kajianKitab: Fathul QoribPemateri: ust Hamzah AlfarisiWaktu: Jumat, 30 November 2018Tempat: node ARL lt 2
KAJIAN Kajian Fiqih 

Fathul Qorib : Hal-hal yang membatalkan Sholat

Desember 2, 2019November 29, 2019 admin 0 Komentar Fathul Qorib, Fiqih, Sholat

Fathul Qorib : Fasal, Hal-hal yang membatalkan Sholat Hal-hal yang membatalkan Sholat ada 11 ( Fathul qorib ),yaitu: Berbicara dengan

Baca Selengkapnya
Nahdlatul Qolam 

Nahdlatul Qolam Edisi 65

Desember 1, 2019Desember 1, 2019 admin 0 Komentar

Alhamdulillah, buletin Nahdlatul Qolam edisi 65 tahun 2019 telah terbit. Topik yang diangkat pada edisi kali ini adalah musim hujan.

Baca Selengkapnya
Pertanian Modern - Menurut Hartono (1985) Pekarangan merupakan sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu, yang diatasnya terdapat bangunan tempat tinggal dan mempunyai hubungan fungsional baik ekonomi, biofisik maupun sosial budaya dengan penghuninya.Sementara menurut Soemarwoto dan Otto (1991), Pekarangan merupakan lahan yang merupakan area ruang terbuka dimana keberadaannya mengelilingi bangunan rumah dengan pemanfaatan sebagai tambahan pendapatan keluarga maupun berfungsi sebagai ketahanan pangan khususnya di kawasan pedesaan. Pekarangan biasanya ditandai dengan beberapa karakter, yaitu: letaknya di sekitar rumah atau tempat tinggal, mempunyai bentuk beraneka ragam, biasa digunakan sebagai tempat produksi pertanian bagi pemiliknya, memiliki batas-batas yang jelas. Pembatas pekarangan selain pagar juga biasa dengan tanaman pembatas (Diwanti 2018).Jika dikelola dengan baik pekarangan rumah dapat memberikan manfaat bagi kehidupan keluarga seperti : tempat bermain, tempat rekreasi, sumber pangan dan juga sebagai sumber pendapatan. Pemanfaatan lahan pekarangan baik di daerah pedesaan maupun perkotaan bisa mendukung ketahanan pangan nasional dengan memberdayakan potensi pangan lokal yang dimiliki masing-masing daerah. Dalam pelaksanaannya, terdapat 3 nilai pemanfaatan lahan pekarangan yaitu nilai konservasi, ekonomi, dan pangan.Fungsi pekarangan secara umum:Sumber pangan keluarga, seperti sayur-sayuran, umbi-umbian, buah-buahan serta ternak dan ikan.Sumber obat-obatan atau apotik hidup.Sumber bumbu, rempah masakan.Sumber pupuk organik. Sumber keindahan/Estetika.Manfaat pekarangan rumah untuk keluarga antara lain :Pemenuhan gizi keluarga : ada beberapa tanaman, ternak dan ikan yang dapat dipelihara di pekarangan dan menghasilkan makanan yang dibutuhkan keluarga.Seperti umbi-umbian sebagai sumber vitamin, sedangkan ternak dan ikan sebagai sumber protein dan lemak.Sebagai lumbung ternak : hasil dari usaha pekarangan dapat diambil sewaktu-waktu dan tidak ada musim pacekliknya.Apotik hidup : pekarangan dapat ditanami berbagai tanaman obat yang berkhasiat, jika anggota keluarga sewaktu-waktu sakit dapat ditanggulangi sementara dengan obat yang ada di pekarangan.Menambah penghasilan : pekarangan yang dikelola dengan baik, hasilnya dapat dijual sebagai sumber pendapatan keluarga karena banyak komoditas yang tidak membutuhkan lahan yang luas untuk membsudidayakannya.Menghasilkan bahan bangunan : jenis tanaman pohon seperti bambu, kelapa, nangka dan tanaman lainnya yang ditanam di pekarangan dapat dijadikan bahan bangunan dan kerajinan rumah tangga.Sebagai tempat rekreasi keluarga : pekarangan yang ditata dan dirawat secara teratur akan memberikan keindahan dan rasa tentram bagi orang yang melihatnya.
Opini Pertanian 

Pertanian Modern : Memanfaatkan Lahan Pekarangan

Desember 1, 2019November 29, 2019 admin 0 Komentar Artikel, Pertanian

Pertanian Modern – Menurut Hartono (1985) Pekarangan merupakan sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu, yang diatasnya terdapat bangunan tempat tinggal

Baca Selengkapnya
Habib Novel Alaydrus - Suatu hari seorang ibu yang terapung di lautan karena kapalnya karam tampak tetap bahagia. Seorang pemuda yang kebetulan berada didekatnya merasa sangat penasaran dan bertanya kepadanya,“Bu,bagaimana ibu masih bisa berbahagia dalam kondisi yang tidak menentu ini. Jika pertolongan tidak segera datang, maka kita akan mati.”Ibu itupun menjawab,“Saya mempunyai dua orang anak laki laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua masih hidup di tanah seberang. Seandainya berhasil selamat, saya sangat bahagia karena saya akan berjumpa dengan anak kedua saya. Dan jika ternyata tidak terselamatkan, maka saya juga bahagia karena akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga.”Hikmah dibalik kisahBerpikir positif dalam keadaan yang sulit membuat seseorang tetap bahagia. Jika kita menyikapi setiap kondisi dengan cara berpikir yang baik, maka apapun kondisinya, kita akan bersyukur. Oleh karena itu, mari kita belajar untuk menyikapi setiap kondisi kita dengan positif.(Habib Novel)
Kumpulan Mutiara Nasehat Renungan 

Habib Novel Alaydrus : Hidup Atau Mati Aku Tetap Bahagia

November 30, 2019November 30, 2019 admin 0 Komentar aswaja, KMNU, NU

Habib Novel Alaydrus – Suatu hari seorang ibu yang terapung di lautan karena kapalnya karam tampak tetap bahagia. Seorang pemuda

Baca Selengkapnya
  • ← Sebelumnya

KMNU IPB on Instagram

KMNU IPB on Twitter

Tweets by kmnuipb

Komentar

  • Peran dan Kontribusi Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama dalam Perdamaian dan Demokrasi - KMNU IPB pada Belajar Kesederhanaan dari Kisah Gus dur (Biografi Tokoh)
  • paijo pada SEBAGIAN AMALIYAH DIMALAM NISFU SYA’BAN
  • Sejarah NU pada Sejarah Berdirinya NU
  • Kholilah pada MINGGU CERIA BERSAMA NAHDLATUL ATHFAL
  • Lala pada Buka Bersama di Bulan Ramadhan Penuh Berkah
Coldplay: Inspirasi Sufisme Melahirkan Lagu-lagu “Kemanusiaan”
Cerita dan Sastra Opini 

Coldplay: Inspirasi Sufisme Melahirkan Lagu-lagu “Kemanusiaan”

Desember 10, 2019Desember 10, 2019 admin 0

بنی‌آدم اعضای یکدیگرند که در آفرينش ز یک گوهرند چو عضوى به‌درد آورَد روزگار دگر عضوها را نمانَد قرار تو

Seperti dalam kitab-kitab yang lain, kiyai nadhim memulai mandhumah ini dengan basmalah. Tujuan dibalik ini yaitu ingin mendapat pertolongan dari Allah azza wa jalla yang sangat luas rahmatnya bagi setiap mahluknya tanpa batasan, dan sangat luas pemberian, dan kenikmatan Allah tanpa putus. Dalam kitab jalaul afham dijelaskan ada 3 alasan kiyai nadhim memulai mandhumah ini dengan basamalah :1). Mengikuti Al-quran berdasarkan urutannya bukan turunnya. Maksudnya Alquran diawali dengan lafad basmalah dalam surat fatihah.2). Mengamalkan hadist Nabi SAW :"كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لَايُبْدَأُ فِيْهِ بِبِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرًحِيْمِ, فَهُوَ أَقْطَعُ". (رواه الخطيب عن أبي هريرة رضي الله عنه مرفوعا).“Setiap perkata yang tidak diawali dengan bacaan bismillahirrohamirrohim, maka perkata itu lebih terputus” (HR. Khotib dari Abu Hurairah RA, dengan sanad marfu’). Maksud dari kata lebih terputus adalah kurang dan sediitnya kebaikan serta berkahnya.3). Mengikuti Nabi SAW, sesungguhnya Nabi SAW mengawali kitab dan risalah-risalahnya dengan basmalah, seperti yang telah dicontohkan dalam suratnya yang disampaikan untuk Raja Hercules (raja kerajaan Romawi) dan yang lainnya.Menurut imam as-Suyuthi seperti yang dicuplik oleh imam Nawawi al-bantani1 dalam kitab Nurudzdzolam, makna “Allah” yaitu dzat yang telah terdahulu adanya, yang agung dzat dan sifatnya, dan menyeluruh kedermawanannya.Selanjutnya imam Nawawi al-Bantani mencuplik perkataan Ahmad Showi, bahwa “Allah” adalah nama yang mengumpulkan, karena semua nama-nama itu termasuk kedalam Allah. “Ar-Rohman” yaitu dzat yang memberikan nikmat dengan segala nikmat, termasuk nikmat duniyawiyah (keduniaan) dan ukhrowiyah dhohiriyah wa bathiniyah (akhirat, baik lahir maupun batin). Sedangkan lafad “Ar-Rahim” yaitu dzat yang memberikan nikmat dengan selembut-lembutnya nikmat, termasuk nikmat duniyawiyah (keduniaan) dan ukhrowiyah dhohiriyah wa bathiniyah (akhirat, baik lahir maupun batin).  Adapun maksud selembut-lembutnya nikmat yaitu perkara yang menjadi furu’ (percabangan) dari perkara ushul (asal), berupa tambahnya iman, ilmu, ma’rifat, taufiq, kesehatan, pendengaran, dan penglihatan.Keterangan selanjutnya dalam kitab Nurudzdzolam, imam Nawawi mencuplik perkataan Ahmad Malawi, bahwa lafad “Ar-Rohman” itu lebih baligh (lebih sampai) dari pada lafad “Ar-Rohim”, karena tambahnya salah satu dari dua perkara yang sama mustaqnya (isim mustaq) dan macamnya menunjukkan tambahnya makna. Karena sesunggunya makna “Ar-Rohman” itu dzat pemberi yang hakiki yang sampai dalam puncaknya rahmat. Oleh sebeb itu tidak benar bahwasannya ada sesuatupun yang dapat memeberikan rahmat selain Allah Ta’ala.1 imam Nawawi al-Bantani adalah ulama Nusantara yang sangat alim ilmunya, sehingga beliau termasuk ulama yang terkenal di makkah al-mukarromah, karena imam Nawai tinggal di makkah dan mengajar di masjidil haram. Beliau termasuk penulis aktif yang mempunyai banyak karya, salah satunya adalah syarah kitab aqidatul awam yang diberi nama Nurudzdzolam.Kontributor: Hamzah Alfarisi
KAJIAN KMNU IPB Teks Sholawat 

Kajian Kitab Aqidatul Awwam : Bait Pertama

Desember 9, 2019Desember 8, 2019 muhammad 0
Segala puji milik Allah yeng telah memberikan nikmat atas hambanya yang mukmin dengan cara memuliakannya berupa melihat-Nya di surga nanti. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada seorang hamba yang telah diutus untuk memberikan rahmat bagi seluruh manusia, seumpama tanpa beliau niscaya keadaan manusia lebih buruk daripada hewan,  atas keluarga nabi yang mulia, dan atas sahabat nabi yang menjadi lampu dalam kegelapan, serta para tabiin sampai hari dimana lisan terkunci dan semua anggota badan berbicara.Sebelum membahas kitab Aqidatul Awam, hendaknya sangat perlu diketahui latar belakang/sejarah ditulisnya kitab nadhom ini, yang telah dua abad lebih menjadi pedoman umat muslim sedunia. Suatu ketika nadhim kitab aqidatul awam yaitu Sayyid Ahmad Al-marzuqi Al-maliki bermimpi bertemu Rasulullah SAW dalam tidurnya di akhir malam jum’at pada awal bulan rajab hari ketujuh tahun 1258 H. Pada saat itu, sahabat nabi sedang berdiri disekitar nadhim. Terjadi percakapan singkat sebagai berikut :Nabi SAW  bersabda : “Bacalah nadhom tauhid yang mana bila seseorang menghafalnya, maka akan masuk surga dan akan hasil maksudnya dari setiap kebaikan yang sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.”Nadhim bertanya : “apakah nadhoman itu ya Rasulullah?”Sahabat menyahut dan berkata kepada nadhim: “Dengarlah! apa yang akan diucapkan oleh Rasulullah SAW”Rasulullah SAW berkata : “ katakanlah ! abda’u bismillahiwarrohmani...”Rasulullah SAW membacakan nadhom pertama yaitu “abdau bismillahiwarrohamnni” hingga akhir nadhom yang berbunyi “washuhuful kholili wal kalimi # fiha kalamul hakamil alimi”. Kemudian nadhim membacakan nadhom tersebut dihadapan Rasulullah dan para sahabat.  Rasulullah pun mendengarkannya. Setelah bangun dari tidurnya maka nadhim membaca nadhom yang telah diajarkan oleh Rasulullah di dalam mimpinya. Atas izin Allah, nadhim telah hafal nadhom tersebut dari awal hingga akhir.Suatu ketika di malam jum’at yaitu malam ke-18 bulan dzul qo’dah, nadhim bermimpi bertemu Rasulullah untuk yang kedua kalinya di waktu sahur. Terjadi perbincangan singkat,Rasullah berkata : “Bacalah! apa yang telah kamu dapatkan sebelumnya”Kemudian nadhim membacanya (dalam hal ini hafal) dari awal hingga akhir. Pada saat itu posisi nadhim dalam keadaan berdiri di depan Rasullah SAW. Sedangkan para sahabat berdiri diantaranya seraya berkata “Amiin” setelah dibacakan akhir setiap nadhom.Setelah selesai membacanya, Rasul berkata kepada nadhim: “Allah akan memberikan pertolongan kepadamu terhadap apa yang telah Allah ridhoi  dan semoga Allah menerimamu atas nadhom tersebut. Semoga Allah memberkahi atas kamu dan atas orang-orang mukmin. Semoga nadhoman  ini bermanfaat bagi hamba-hamba Allah”. Adapun bait selanjutnya yaitu dari bait “wakulluma ata bihirrasulu # fa haqquhuttaslimu wal qabulu” hingga akhir kitab, nadhim menambahkannya sendiri.Berikut sejarah ditulisnya nadhom aqidatul awam, penulis menyarankan kepada pembaca semuany untuk menghafal nadhom tersebut, insyaAllah akan mendapat manfaatnya seperti yang disabdakan Rasulullah dalam mimpi nadhim. Untuk pembahasan selanjutnya, setiap nadhom akan diberikan penjelasan dari Al-qur’an dan kitab-kitab tauhid lainnya, seperti syarah aqidatul awam, nurudholam karya Syekh Nawawi al-Bantani, kemudian Jalailul afham karya Sayyid Muhammad bin Alawi Al-maliki. Semoga penulis diberikan kekuatan oleh Allah sehingga mampu menulis hingga akhir bait kitab aqidatul awam.Wallu a’lam bishowaab.Catatan:Nadhim : Pengarang kitab aqidatul awam.Nadhom : Rangkaian kata dalam bahasa arab sehingga membentuk pola yang indah dan memiliki makna yang padat.Kontributor: Hamzah Alfarisi
KAJIAN Teks Sholawat 

Kajian kitab Aqidatul Awam : Sejarah kitab Aqidatul Awam

Desember 8, 2019Desember 8, 2019 muhammad 0
Disabilitas yang disandang oleh seseorang tidak menghalangi orang tersebut untuk berkarya dan berprestasi. Sejatinya, ketidaksempurnaan merupakan sesuatu yang melekat pada setiap insan bahkan segala ciptaan. Ajaran Islam menekankan bahwa ketidaksempurnaan pada diri seseorang termasuk penyandang disabilitas seharusnya menjadi sarana untuk berdamai dengan kondisi dan tidak berputus asa terhadap rahmat Allah. Allah berfirman dalam Alquran surah al-Mulk: 1-2;“Mahasuci Dzat yang dalam genggamnya kerajaan. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Dialah yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji siapa di antara kalian yang paling baik amal perbuatannya. Dia Mahamulia lagi Maha Mengampuni.”   Sosok dengan disabilitas dikenal dan turut mewarnai perkembangan agama Islam contohnya dalam dunia periwayatan (rawi) hadis Nabi saw. Sebenarnya tidak ada pelarangan seorang difabel atau penyandang disabilitas menjadi perawi hadis profesional. Aspek yang terpenting adalah sejauh mana orang tersebut memenuhi kriteria menjadi perawi yang kredibel. Paling tidak ada lima kriteria utama:Ketaatan menjalankan agama (adl),Memiliki hafalan yang baik (dabth),Dapat dibuktikan pertemuan dengan gurunya (ittishal sanad),Tidak bertentangan dengan hadis lain (syaddz), danTidak ada cacat yang tersembunyi (illat).Meskipun seseorang memiliki keterbatasan fisik namun dapat memenuhi kriteria tersebut dan adapat diuji secara adil menggunakan standar-standar ilmu hadis orang tersebut dapat dikategorikan sebagai perawi yang andal dan periwayatannya dianggap sahih. Ibnu Hibban, seorang ulama hadis terkemuka dan kritikus professional perawi hadis, menyebutkan tidak kurang dari 14 orang perawi berkualitas penyandang disabilitas kebutaan di dalam kitabnya al-Tsiqat.Salah satu perawi  tersebut yaitu Abu Mu’awiyah yang bernama lengkap Muhammad bin Khazim al-Kufi. Abu Mu’awiyah dicatat pernah belajar kepada ulama-ulama besar seperti Hisyam bin Urwah, keponakan dari Aisyah, istri Nabi saw. Abu Mu’awiyah merupakan guru dari Ahmad bin Hanbal dan Yahya bin Ma’in, keduanya merupakan kritikus rawi terkemuka yang sampai sekarang pernyataan mereka selalu dikutip. Salah satu sosok ulama penyandang disabilitas kebutaan lain adalah Hafsh bin Umar Abu Umar al-Dharir. Ibnu Hibban mencatat bahwa Hafsh bin Umar selain seorang perawi hadis yang andal juga ahli dan mengusai ilmu waris (fara’id), astronomi (hisab), sastra (puisi), sejarah Arab kuno, dan ilmu fikih.Hal ini menunjukkan bahwa pada masa kedua tokoh besar itu terdapat kesempatan bagi siapapun untuk belajar dan berkembang serta adanya apresiasi terhadap karya orang lain tanpa melihat kekurangan fisik yang ada pada seseorang. Dengan lingkungan yang mendukung dapat menimbulkan motivasi yang kuat dari dalam diri penyandang disabilitas untuk berkarya sesuai dengan minat mereka. Dengan begitu, sosok dengan karya dan prestasi besar dapat muncul dari penyandang disabilitas. (HR)Sumber: Huda MK. 2015. Para Ahli Hadis Difabel. Pekalongan (ID): Menara Publisher.
Opini Renungan 

Penyandang Disabilitas dalam Dunia Perawi Hadis

Desember 7, 2019Desember 5, 2019 admin 0
Hak Cipta © 2019 KMNU IPB. Keseluruhan Hak Cipta.
Tema: ColorMag oleh ThemeGrill. Dipersembahkan oleh WordPress.